Jumat, 16 Juli 2010

BUTIRAN AIR MATA 2

 Cerita sebelumnya di sini
Kynna bukan orang yang seperti itu. Kalau begitu yang harus disalahkan adalah Tio. Ya. Tio yang harus disalahkan. Ia sangat kejam, membiarkan semua ini terjadi kepadanya. Tidak. Tidak. Yang Rhiella tahu Tio sangat menyayanginya. Tapi ucapan Tio tadi…
“Karena aku… Aku… Aku sayang Kynna bukan… Kamu.”
Ternyata Tio tidak benar-benar menyayangi Rhiella. Tio hanya memanfaatkan Rhiella untuk mendapatkan Kynna. Apa Rhiella harus menyalahkan dirinya sendiri? Ia begitu terlalu mempercayakan semua rahasianya pada Kynna. Akibatnya Kynna menusuknya dari belakang. Rhiella juga begitu sangat menyayangi Tio, ia hampir tidak bisa hidup tanpa mendengar suara Tio. Tio adalah jiwa raganya. Rhiella terlalu menyayangi Tio. Sampai-sampai ia dibutakan oleh rasa sayangnya itu.
TIDAK.
Ia tidak boleh menyalahkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh menyalahkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh menyalahkan dirinya. Tidak.
“Tidak…” Lirih Rhiella seraya membenamkan wajahnya di bantal.
Tapi kenapa Tio tega melakukan semua ini. Kenapa? Mereka… Mereka jahat. Mereka munafik..
“Tok. Tok. Tok…” Terdengar ketukan pintu.
Rhiella tak menggubrisnya. Kali ini ia ingin sendiri. Ia tidak ingin ada orang lain yang mencoba mengasihaninya.
“Tok. Tok. Tok…” Terdengar ketukan lagi, kali ini disertai dengan suara Bunda. “Rhiella.. Tio mau ketemu kamu. Rhiella sayang boleh Bunda masuk?”
Dengan langkah berat, Rhiella menghampiri pintu lalu membuka kuncinya kemudian kembali ke tempat tidurnya lagi.
“Sayang.” Bunda menghampiri Rhiella. “Bunda engga tahu ada masalah. Dan Bunda memang bukan orang yang berhak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tio ada di bawah, ia nunggu Rhiella.” Bunda duduk di pinggiran tempat tidur Rhiella seraya mengusap ubun-ubun Rhiella yang tertidur tertelungkup.
“Rhiella engga mau ketemu Tio lagi seumur hidup.” Lirih Rhiella.
“Bunda ngerti. Tapi Rhiella engga boleh kayak gini terus. Rhiella harus tetap menjalani hidup Rhiella tanpa cinta Tio, kan? Rhiella juga harus tetap tersenyum meski engga ada senyum ketulusan lagi dari Tio, kan? Rhiella masih punya cinta Bunda, cinta Abi dan cinta semua orang yang mencintai Rhiella. Sayang. Bunda sayang Rhiella. Bunda engga mau lihat anak Bunda yang cantik jadi seperti ini.”
Rhiella bangkit dari tidur kemudian memeluk Bunda. “Bunda. Tio jahat. Kynna juga jahat sama Rhiella. Mereka semua, Nda. Mereka semua engga peduli sama perasaan Rhiella. Mereka jahat sama Rhiella.” Rhiella menangis. Dadanya yang sesak kini mulai sedikit lapang.
“Rhiella harus berlapang dada. Rhiella harus ikhlas. Rhiella harus ikhlas. Ikhlas Rhiella.” Bunda memeluk erat buah hatinya.
“Bunda…” Rhiella kembali terisak.
“Rhiella harus ingat cinta Allah SWT selalu menyertai hati Rhiella. Rhiella sudah merasakan kan? Betapa tidak enaknya. Betapa sakitnya mencintai makhluk dengan kecintaan yang terlalu mencinta. Rhiella sudah merasakan betapa sakitnya hati Rhiella. Tapi, ingat. Rhiella harus ingat. Bila Rhiella mencintai Allah azza wa jalla dengan kecintaan yang amat mencinta, Allah tidak akan pernah mengecawakan hambanya. Rhiella harus ingat itu.”
“Bunda…” Hati Rhiella merintih. Hatinya terasa sangat perih. Ia merasakan sakit yang tiada terkira. Selama ini, Rhiella memang tidak mencintai Allah azza wa jalla dengan cinta seutuhnya. Ruang di hatinya telah dipenuhi oleh cintanya kepada Tio. Tapi kali ini, Rhiella harus benar-benar menghapus Tio dari kehidupannya. Ia harus membersihkan ruang di hatinya agar cinta pada Allah Yang Maha Pemilik Cinta dapat kembali bersemi. Hingga harum cintanya pada cinta-Nya membawanya ke surga.
***
Rhiella menggelar sajadahnya kemudian mengenakan mukenanya dengan ketulusan hati. Malam telah pekat. Semilir angin menusuk kulit menggoyang-goyangkan dedaunan. Tak terdengar suara apapun. Hening. Hening sekali. Entah sudah berapa lama Rhiella meninggalkan shalat malamnya. Entah telah berapa malam yang ia sia-siakan tanpa bersujud pada Sang Khalik.
Rhiella mengangkat kedua tangannya dengan keikhlasan hati dan ketulusan yang didasari iman untuk mengucapkan takbir.
“ALLAHUAKBAR.”
Terlintas kemudian kejadian-kejadian yang ia alami. Rasa sakit hatinya kembali menyelubungi diri. Butiran air mata menetes perlahan. Betapa sangat berdosanya ia. Telah melalaikan semua perintah Allah Yang Maha Agung. Betapa tak termaafkannya ia. Tapi Allah Maha Pengampun. Allah akan mengampuni setiap hamba-Nya yang memohon ampunan dan keridhoan dari-Nya.
Butiran air matanya terus mengalir. Betapa kotornya ia dihadapan-Nya. Betapa sejuknya dan betapa bahagianya Rhiella karena Allah masih memberikan kesempatan untuk kembali bersujud dan memohon ampun kepada-Nya.

1 komentar: